Delapan bulan setelah pertumpahan darah yang terjadi di Kota Paris, Perancis, yang meninggalkan 130 orang tewas pada waktu itu, kini harus dihadapkan lagi dengan cobaan berat atas serangan mematikan di salah satu tujuan pariwisata top dunia.
Perancis memang telah berulang kali menjadi target utama kelompok bersenjata dan sejak serangan 13 November, negara itu menyatakan telah berada di bawah keadaan darurat.
Keindahan Kota Mediterania, dengan kerikil pantai dan air biru jernih, telah menjadi magnet tersendiri bagi Sun Seekers dan kaum Jetset sejak abad ke-19. Namun, destinasi wisata populer itu, tepatnya di Promenade des Anglais, French resort of Nice, pada Kamis malam, menjadi tempat serangan teror.
Sebuah truk menabrak kerumunan orang yang sedang merayakan Bastille Day, dan menewaskan sedikitnya 75 orang tewas serta mengakibatkan puluhan orang terluka.
Sedangkan Si sopir truk, tewas tertembak setelah melaju sepanjang dua kilometer (1,3 mil) melalui kerumunan massa di Promenade des Anglais. Ratusan orang berlari ketakutan meninggalkan tempat kejadian yang penuh dengan mayat bergelimpangan.
Padahal, serangan itu terjadi berselang beberapa jam setelah pemerintah Perancis mengumumkan berakhirnya keadaan darurat akibat serangan November lalu pada akhir bulan ini.
Hollande mengatakan, keputusan tersebut tidak akan diperpanjang melebihi dari tanggal 26 Juli mendatang, karena Undang-Undang bulan Mei tentang pertahanan dan keamanan di Perancis. 'Tinggal di rumah Anda'
Sebuah foto menunjukkan, pada bagian depan truk itu penuh dengan lubang peluru dan rusak parah, "Seorang individu mengendarai sebuah truk ke kerumunan orang. Dia kemudian dibunuh oleh polisi," kata juru bicara kementerian dalam negeri Pierre-Henry Brandet.
Robert Holloway, wartawan AFP menyaksikan, bagaimana pengemudi truk putih mengendarai kendarannya dengan kecepatan tinggi menuju jalan pantai. "Betul-betul kacau", sambil menjelaskan kronologis kejadian dengan gerakan tubuhnya.
"Kami melihat orang-orang tertabrak dan banyak puing-puing beterbangan kemana-mana. Saya harus melindungi wajah Saya dari puing-puing yang terbang itu," katanya.
Sementara seorang warga negara Australia, Emily Watkins yang terperangkap dalam kekacauan, kepada Australian Broadcasting Corporation mengatakan, bahwa ia melihat truk, kemudian ia tidak menyadari apa yang telah terjadi.
"Ada banyak teriakan yang datang dari depan, di mana truk itu berada. Dan orang-orang hanya berlarian menuju kita. kita berbalik dan lari juga tanpa benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi"
Seorang anggota parlemen untuk wilayah Alpes-Maritime, Eric Ciotti, mengatakan sedikitnya 75 orang tewas dan 15 orang lainnya berada dalam kondisi "kritis"
Beberapa jam setelah serangan itu, puluhan mayat tergeletak di tanah yang diselimuti dengan kain putih, meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Dan Kejaksaan setempat mengatakan, bahwa penyelidikan akan ditangani oleh penyidik anti-teroris.
"Penyelidikan sedang berlangsung untuk memastikan, apakah tersangka bertindak sendirian ataukah dia memiliki rekan yang mungkin telah melarikan diri," kata juru bicara kementerian dalam negeri, sekaligus membantah berita adanya drama penyanderaan.
Sementara di Kantor Kepresidenan Francois Hollande mengatakan, kepala Negara akan memimpin pertemuan pertahanan dan keamanan pada Jumat hari ini.
Tragedi berdarah pada hari Kamis kemarin, sungguh di luar dugaan. Datang saat orang-orang merayakan hari Nasional Negara Perancis, Bastille Day. Yang dimulai dengan kemegahan parade kemiliteran serta pelaksanaan upacara, sebagai simbol kebanggaan angkatan bersenjata, dan terlihat tank maupun jet tempur menukik turun menuju jalan Champs Elysees.
Sekian Google Trend dari Perancis Kembali Diserang, 75 Orang Tewas
0 comments