Presiden Barack Obama membatalkan kunjungan kenegaraannya dengan Presiden Filipina, setelah adanya kalimat ‘vulgar’ penghinaan atas dirinya. Yang merupakan pertemuan pertama Obama sejak Presiden Filipina Rodrigo Duterte menjabat sebagai Presiden. Kata Jubir kepresidenan, di Gedung Putih, Selasa (6/9).
Saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Hangzhou, Cina. Obama mengambil pelajaran dari kalimat penghinaan tersebut.
![Dikatakan Bang*** Obama Batalkan Pertemuan Dengan Presiden Filipina Dikatakan Bang*** Obama Batalkan Pertemuan Dengan Presiden Filipina](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguFBD5qXtIbuPQvb7lRajLlWlA2xNhQGOeCVn4S91OyVynwgWoCUhFPLCO4uOYjYnm2wUyjwg7ms5N7HNlx64fwlFhbOj9L5s_nJb4wEXzMZZnXyahXfc0p0u9t4v_39Jh8hSBezARjSxE/s1600/Dikatakan-Bang-Obama-Batalkan-Pertemuan-Dengan-Presiden-Filipina.png)
Pada konferensi pers, Obama telah memerintahkan stafnya agar berbicara dengan para pejabat Filipina "untuk mencari tahu apakah ini fakta,…," yang meninggalkan sedikit keraguan bahwa pertemuan itu (dengan Presiden Filipina) tidak akan dilanjutkan sebagaimana direncanakan sebelumnya.
"Saya selalu ingin memastikan, bila Saya ada jadwal pertemuan, bahwa (apakah) itu benar-benar produktif di mana kita mendapatkan sesuatu (yang) dilakukan," kata Obama kepada wartawan.
Sebaliknya, Obama berencana bertemu Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye hari ini, Selasa (6/9), kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Ned Harga. Yang diperkirakan mengagendakan respon terhadap tes rudal terbaru Korea Utara.
Senin, sehari menjelang pertemuan yang direncanakan di Laos itu, di mana para pemimpin Asia Selatan bertemu untuk mengikuti KTT tahunan. Duterte, yang terkenal karena berbagai pernyataan dalam kampanyenya melawan obat-obatan terlarang, menggambarkan Obama sebagai “son of a bi***” kepada wartawan.
Ini bukan kali pertama ‘kata kasar’ Duterte terhadap para pemimpin dunia. Pada bulan Mei, dia menyebut Paus Francis sebagai "anak pe*****", dan menyebut Duta Besar Amerika Serikat, Philip Goldberg sebagai "anak *** dari (seorang) p*****r"
Sebelum tepat tengah malam pada hari Senin (5/9), Obama tiba di Vientiane, untuk melakukan kunjungan perdananya di Laos semenjak menjabat sebagai seorang presiden Amerika Serikat. Di mana ia ingin mulai menangani daerah-daerah yang terkena dampak dari ‘warisan’ pemboman AS selama Perang Vietnam.
![Dikatakan Bang*** Obama Batalkan Pertemuan Dengan Presiden Filipina Dikatakan Bang*** Obama Batalkan Pertemuan Dengan Presiden Filipina](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil1oVUCO4Sm1dVrDF4wIL2YdsmlRHrga2fSrq5AKuhxItmFcDxbyxOxSEWaJ1SfgMdt_zdHuFyYtWPjeozMANu-Dl_gAxRwDd_CwthaMy4eUGWv89G2hZPS6JoFe_VWJXmbfQj30hovcMR/s1600/Dikatakan+Bang+Obama+Batalkan+Pertemuan+Dengan+Presiden+Filipina.jpg)
Ini adalah kebijakan ekonomi luar negeri di Asia Tenggara Obama selama dua periode masa jabatannya yang akan berakhir pada tanggal 20 Januari 2017 mendatang.
Gedung Putih mengatakan Obama tidak berencana untuk menarik tindakan apapun pada keprihatinan atas pelanggaran hak asasi manusia di Filipina, jika bertemu dengan Duterte.
Duterte memenangkan kursi kepresidenan pada bulan Mei. Seperti yang sering disuarakan, bahwa ia berjanji akan menekan kejahatan dan menghilangkan pengedar obat-obatan terlarang di negaranya.
Duterte mengatakan akan bersikap "kasar" terhadap Obama bila mengangkat isu hak asasi manusia seperti percakapan yang mendorong dia mengutuk Obama kepada wartawan dengan menggunakan frase Filipina untuk kata "ban****"
"Banyak (yang) akan dibunuh hingga ‘the last pusher’ keluar dari jalan. Kami akan terus melanjutkan sampai produsen obat (terakhir) terbunuh," katanya.
Pada hari Senin (5/9), Obama mengatakan bahwa ia mengakui bagaimana pentingnya memerangi perdagangan narkoba. Namun, menegaskan hal itu harus dilakukan di bawah aturan hukum yang berlaku.
Filipina telah menjadi sekutu utama AS dalam sengketa dengan China atas Laut Cina Selatan. Di mana, pihak Washington menyalahkan Beijing atas militarising rute perdagangan penting global yang telah membahayakan kebebasan bergerak di laut dan di udara.
China menolak tuduhan-tuduhan tersebut, dan berbalik menyalahkan Amerika Serikat karena ‘ratcheting’ ketegangan yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
Pada bulan Juli, pengadilan arbitrase di Den Haag membatalkan klaim teritorial China atas Selat Malaka setelah kasus ini dibawa oleh Filipina, dan pihak Beijing menolak mengakui keputusan di Den Haag itu.
Judul: Dikatakan “Bang***” Obama Batalkan Pertemuan Dengan Presiden Filipina. Dikutip dari channelnewsasia.com
0 comments