Space Exploration Technologies Corporation, lebih dikenal dengan nama SpaceX, adalah perusahaan penyedia jasa transportasi antariksa yang bermarkas di Hawthorne, California, Amerika Serikat
Pada kamis kemarin (01/08) meluncurkan roket FBTech30 di Cape Canaveral, namun mengalami ledakan. Tidak ada yang mengalami cedera atas ledakan itu.

Seperti apa yang disampaikan CEO SpaceX, Elon Musk melalui akun Twitternya, bahwa ledakan terjadi, ketika roket mulai mendorong ke atas dan penyebab pastinya belum diketahui.
Roket itu membawa satelit untuk digunakan oleh Facebook yang disebut FB, Tech30. Yang rencananya digunakan untuk membawa akses internet ke Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.
Di mana dalam hal ini, Facebook juga bermitra dengan perusahaan satelit Perancis, Eutelsat Communications. Nama satelitnya disebut Amos 6, merupakan ssatelit yang pernah dimiliki oleh perusahaan Israel, Spacecom.
Dengan terjadinya kegagalan peluncuran pada hari itu, Mark Zuckerberg pun angkat bicara;
"Saya sangat kecewa mendengar bahwa kegagalan peluncuran SpaceX menghancurkan satelit kami," tulis CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam postingannya saat berada di Afrika. Dia menambahkan bahwa satelit "sedianya untuk konektivitas bagi para pengusaha maupun orang-orang di seluruh benua (Afrika, Timur Tengah, dan Eropa)"

Zuckerberg juga mengatakan ia memiliki teknologi yang lain untuk membantu menghubungkan orang, "Kami akan terus berupaya hingga semua orang dapat memiliki kesempatan (setelah) satelit ini tersedia," tulisnya.
Ledakan terjadi pada pukul 09:07 waktu setempat, berlangsung selama lebih dari empat menit. Di mana ledakan itu terjadi di fasilitas Angkatan Udara yang telah disewakan kepada SpaceX.
SpaceX telah berhasil meluncurkan 25 roket sebelumnya melalui tempat tersebut sejak tahun 2010. Entah mengapa, peluncuran roket kali ini mengalami kendala. CEO SpaceX menggambarkan insiden itu sebagai "anomali" atau dengan kata lain, tidak seperti biasanya.
Bahkan, sebelum ledakan pada hari Kamis itu, SpaceX telah menandatangani kontrak dengan NASA dalam memperbaharui landasan peluncuran yang berada di wilayah itu (Cape Canaveral ). Yang rencananya digunakan untuk Peluncuran 39A Complex, area yang pernah pula dipakai meluncurkan pesawat ruang angkasa.
Tidak ada fasilitas NASA di Cape Canaveral yang rusak akibat ledakan itu. Begitupun rencana penerbangan NASA tidak ada yang terpengaruh. Kendati ada roket Atlas V yang rencananya diluncurkan di dekat area 41 dalam seminggu. Roket ini dijadwalkan akan melakukan pendaratan di asteroid terdekat dan mengambil beberapa sampel asteroid untuk ilmu pengetahuan.
SpaceX sedang mencoba untuk mengubah ekonomi penerbangan ruang angkasa dengan mengembangkan roket yang bisa mendarat tegak setelah peluncuran, agar roket itu kemudian dapat dipakai kembali.
Pengembangan roket ini sementara belum membawa awak penumpang ke ruang angkasa, meskipun SpaceX telah memenangkan kontrak dari NASA untuk membawa astronot Amerika ke stasiun ruang angkasa di masa depan.
Selain itu, SpaceX juga telah menerima sertifikat kesiapan penerbangan dari NASA untuk penerbangan berawak mereka pada akhir 2017 mendatang.
"Masih terlalu dini untuk mengetahui dampaknya (dengan adanya penerbangan berawak), dan saat ini tidak pantas untuk berspekulasi," kata juru bicara Kennedy Space Center Stephanie Martin. NASA tetap yakin bermitra dengan pihak swasta, termasuk SpaceX, katanya.
Musk, yang juga merupakan CEO dari pembuat mobil listrik Tesla (TSLA), mengatakan ia berharap perusahaan akan dapat membawa orang ke Mars secepat di tahun 2025.
Sekian trends Google berjudul Satelit Facebook Hancur, Mark Zuckerberg Kecewa. Dikutip dari money.cnn.com. Sekian
0 comments