FILIPINA Trends - Kematian monarki terpanjang di dunia, Raja Bhumibol Adulyadej Thailand di usia 88 tahun, merupakan pukulan yang mendalam bagi Kerajaan dengan penduduk 67 juta jiwa ini.
Anak sekaligus pewaris mahkota kerajaan mengatakan bahwa dirinya ingin menghilangkan dulu kesedihannya sebelum naik tahta.

Raja Bhumibol, dikenal juga sebagai Rama IX, naik tahta saat berusia 18 tahun pada tahun 1946 setelah sehari dari kematian saudaranya yang berumur 20 tahun, Raja Ananda Mahidol tertembak.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, akan mengumumkan pewaris tahta secara terbuka dan menginformasikan keputusan parlemen.
"Mari kita tunggu waktu (yang) tepat," kata Prayuth kepada wartawan setelah pewaris kerajaan, Pangeran Vajiralongkorn, 63 tahun, meminta waktu untuk berkabung.
Setelah nantinya naik takhta, Pangeran Vajiralongkorn juga akan mewarisi properti bernilai lebih dari $ 35 miliar.
Bila dibandingkan dengan adiknya, Putri Sirindhorn, ia dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan aktif dalam kegiatan amal.
Di Thailand, membicarakan masalah suksesi perubahan adalah hal yang sangat rawan, yang mana hukum lese majeste keras terhadap kritik apapun yang diperuntukkan bagi monarki atau kerajaan yang dapat mengakibatkan penangkapan dan penahanan yang cukup lama.

Hari ini, Jumat (14/10) Pejabat pemerintahan negara memulai hari berkabung selama satu tahun dengan diam selama 9 menit sebelum rapat. Di mana, Perdana Menteri memperingatkan keamanan nasional adalah isu penting terbesar, dan tidak ada yang boleh mengambil keuntungan dari situasi Thailand pada saat ini "saat krisis"
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dalam sebuah pernyataan belasungkawanya menyebutkan Raja Bhumibol "Juara yang tak kenal lelah dalam membangun negaranya dan (telah) menunjukkan pengabdian yang tak kunjung padam demi meningkatkan taraf hidup rakyat Thailand"
Bhumibol Adulyadej lahir di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, merupakan cucu salah satu Raja dari Kerajaan Siam yang begitu dihormati, Chulalongkorn atau Rama V.
Sepanjang paruh terakhir hidupnya di abad ke-20, Rama IX menjadi seorang Raja paling familiar di Thailand dengan munculnya media massa yang menggambarkan beliau sebagai pemimpin bijaksana yang penuh kasih terhadap negara
Memberikan landasan stabilitas negara dalam menghadapi tantangan sosial dan tantangan ekonomi, termasuk sistem demokrasi yang rapuh.
Thitinan Pongsudhirak, Ilmuwan politik di Chulalongkorn University, mengatakan pemerintahan Raja Bhumibol adalah merupakan periode panjang dalam pembangunan di Thailand.
"Semua warga Thailand yang hidup di bawah kekuasaan Yang Mulia di tahun 1960-an, 70-an, dan 80-an, mereka dapat melihat bagaimana Raja bekerja keras untuk rakyat dan bagi negara. Perkembangan modernisasi Thailand benar-benar (terlihat) di bawah (kekuasaan) Raja ini. Itulah mengapa, orang-orang Thailand sangat berterima kasih dan juga sangat sedih atas kematian beliau, "kata Thitinan
Kerajaan saat ini diatur oleh Junta militer, yang mana diambil alih dalam kudeta tak berdarah pada tanggal 22 Mei, 2014 silam dengan menyingkirkan pemerintahan sipil yang lemah yang kadang-kadang melakukan kekerasan terhadap aksi protes di jalan.
Kematian raja, selalu menciptakan pergeseran dalam langskap politik di Thailand," kata Professor Pavin Chachavalpongpun, asosiasi dari Kyoto University Center for Southeast Asian Studies, "… Mulai sekarang kita dapat melihat peran yang lebih menonjol dari militer"
Para pengamat mengatakan, periode panjang tahun berkabung resmi tanpa batas waktu memperpanjang aturan militer, akan menahan kembalinya pemerintahan sipil.
Demikian trends berita berjudul Satu Tahun Berkabung Atas Mangkatnya Raja Thailand. SUMBER : voanews.com
0 comments